Medan – Belakangan ini di Indonesia muncul istilah generasi sandwich dalam bidang perekonomian.
Istilah sandwich merujuk makanan orang Eropa dan Amerika yang terdiri dari dua potongan atau irisan roti yang di tengah-tengahnya diletakan daging, keju, sayuran, dan lainnya.
Sepintas, sandwich memang mirip dengan burger yang sama-sama terdiri dari roti lapis yang berisi irisan daging, sayur, dan lainnya.
Generasi sandwich digambarkan sebagai seseorang yang punya tanggungjawab yang berat secara ekonomi.
Generasi sandwich harus menafkahi orang tuanya, adik, abang, dan keluarganya yang lain.
Orang Indonesia menyebut generasi sandwich dengan istilah sebagai tulang punggung keluarga.
Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Sumut, Muhamad Pintor Nasution, kepada para wartawan di Medan, Senin, 20 Februari 2023 menyebutkan beban ekonomi yang harus ditanggung oleh generasi sandwich bisa diputus atau minimal dikurangi.
“Kita bisa putus jebakan menjadi “sandwich generation” dengan cara yang sederhana, yakni berinvestasi sejak Dini,” kata Pintor.
Kata Pintor, hal ini bisa dilakukan oleh generasi sandwich ketika mereka bekerja dan mendapatkan gaji pertama.
“Caranya adalah dengan menyisihkan 10 persen saja dari total penghasilan per bulan,” ujar Pintor.
Kemudian kata Pintor, setiap individu dapat mengalokasikan dana tersebut dengan cara membeli produk investasi reksa dana yang terjangkau buat kantong milenial.
“Cukup dengan Rp 100.000 per bulan, masing-masing calon investor bisa mulai berinvestasi reksa dana,” kata Pintor.
Ia bilang, prinsip investasi salah satunya adalah berinvestasi sedini mungkin agar dapat melipatgandakan uang di masa depan.
“Artinya, dana investasi yang dikelola setiap individu berpotensi memberikan return investasi setiap tahun,” kata Pintor.
Pintor mengatakan, walaupun hanya Rp 100.000 tiap bulan, jika disisihkan secara konsisten selama 30 tahun ke depan, nilainya akan bertumbuh.
“Tumbuh bagaikan bibit tanaman yang dalam jangka panjang akan menjelma menjadi pohon yang kokoh dan tidak berhenti berbuah,” kata Pintor.
Apalagi, kata Pintor, jika jumlah investasi tersebut ditambah secara berkala seiring kenaikan penghasilan.
“Dengan tetap berpatokan pada komposisi 10 persen setiap bulan dari gaji atau income usaha,” kata Pintor.
Ia mencontohkan jika seseorang berpenghasilan Rp 1.000.000 per bulan, lalu 10 persen atau Rp 100.000 dari gaji itu dialokasikan ke reksa dana setiap bulan.
Maka, kata dia, nilai uang investasi yang disisihkan generasi sandwich akan menjadi Rp 37.594.800.
“Itu dengan asumsi rata-rata return Reksa Dana Pendapatan Tetap 10 tahun terakhir,” kata Pintor.
Ia lalu membandingkan jika duit Rp 100.000 per bulan hanya disimpan di tabungan, maka nilainya hanya akan menjadi Rp 36 juta dalam 30 tahun.
“Bunga bank tidak dihitung karena ada potongan biaya administrasi dan pajak. Nah, bayangkan jika selama 30 tahun itu kita juga menaikkan pembelian reksa dana seiring penambahan income kita?” tutur Pintor Nasution.
Reporter: Heno