Perubahan Gaya Hidup Dua Negara Ini Mengalami Resesi Seks

DETAIL.ID, Seoul – Perubahan gaya hidup di Korea terjadi pula di Jepang, saat ini Korea Selatan dikabarkan tengah mengalami resesi seks.

Beberapa faktor membuat masyarakat Korsel dan Jepang merubah gaya hidupnya dikarenakan kedua negara ini mengalami resesi seks yakni keengganan sepasang suami istri untuk memiliki anak atau bahkan memiliki sedikit anak.

Di Jepang sendiri, para perempuan cenderung tak ingin menikah dan punya anak. Menurut mereka, membesarkan anak membutuhkan banyak biaya.

Tak hanya itu, dilansir dari The Guardian, Senin, 28 November 2022 perempuan jepang juga tak ingin mengikuti peran gender konservatif. Bila memiliki anak, mereka akan dipaksa berhenti bekerja.

Dengan demikian tugas mereka akan lebih banyak di rumah untuk melakukan pekerjaan rumah tangga serta mengasuh anak. Pemikiran seperti ini sudah tertanam pada perempuan muda, termasuk para mahasiswi.

Salah satu mahasiswi Jepang di Tokyo bernama Nao Iwai mengungkapkan ia enggan punya anak setelah melihat kakaknya kesulitan mengurus anak. Ia takut menjadi ibu.

“Dulu saya pikir saya akan menikah pada usia 25 tahun dan jadi seorang ibu pada usia 27 tahun,” katanya.

“Tetapi ketika saya melihat kakak perempuan tertua saya yang memiliki anak perempuan berusia dua tahun, saya takut punya anak,” ujarnya.

Iwa juga menjelaskan situasi rumah tangga orang Jepang. Bila perempuan memiliki anak, laki-laki atau suaminya akan bekerja sementara mereka harus beralih menjadi ibu rumah tangga.

“Saya hanya merasa kesulitan untuk membesarkan anak secara finansial, mental, dan fisik,” kata dia.

Sementara itu Profesor Showa Women University Naohiro Yashiro memaparkan, perempuan Jepang juga enggan menikah. Mereka malas melakukannya karena biaya pernikahan yang mahal.

Yashiro menilai, semakin tinggi pendidikan perempuan muda, gaji mereka akan semakin sama dengan laki-laki. Ini menyebabkan rata-rata masa pencarian pasangan akan lebih lama.

Saat ini, rata-rata usia perkawinan pertama bagi perempuan adalah 29 tahun. Usia ini lebih tua dibandingkan pada tahun 1980-an yakni 25 tahun.

Sekarang, banyak perempuan Jepang yang menempuh pendidikan tinggi sampai tingkat perguruan tinggi. Kondisinya berbeda dengan zaman dahulu yang rata-rata hanya lulus SMA.

Di sisi lain, resesi seks sudah tampak dampaknya dari angka kelahiran di Jepang yang terus menurun. Bahkan pada 2021 menyentuh titik terendah sejak pencatatan pertama pada 1899, yakni berjumlah 811.604 orang.

Exit mobile version