DETAIL.ID, Saham – Penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) dari perusahaan pelat merah dan anak usahanya dinilai dapat menjadi sumber alternatif pendanaan. Studi menunjukkan, kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencetak kinerja lebih baik setelah IPO.
Sementara itu, bagi BUMN yang menjadi pesakitan setelah IPO merupakan dampak dari pengelolaan yang kurang baik ditambah lagi pandemi COVID-19 dan penugasan pemerintah.
Pengamat BUMN Universitas Indonesia Toto Pranoto mengungkapkan IPO bagi BUMN penting sebagai alternatif pembiayaan bagi BUMN atau anak usaha BUMN karena pendanaan internal yang sudah terbatas.
“Demikian juga mengharapkan penanaman modal negara [PMN] dari pemerintah semakin terbatas, sehingga IPO menjadi pilihan. Studi kami di Lembaga Management FEB UI menunjukkan bahwa kinerja BUMN yang sudah IPO juga relatif jauh lebih baik dibandingkan dengan BUMN yang belum terbuka,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis 4 februari 2021.
Menurutnya, ide mendorong BUMN dan anak usahanya untuk go public atau melantai di bursa patut didorong sesegera mungkin, sehingga kinerja BUMN pun semakin transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
[jnews_element_newsticker newsticker_title=”baca juga” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” autoplay_delay=”2500″ newsticker_animation=”vertical” number_post=”10″ include_category=”658″]
Di sisi lain, adanya BUMN yang sudah terbuka dan berkinerja buruk sebagai dampak dari instrumen tata kelola perusahaan Good Clean Goverment (GCG) yang tidak berjalan baik dan harus dilihat per kasus saja.
“Adanya BUMN Tbk yang kemudian jadi pesakitan karena kinerja buruk, saya kira lebih karena instrumen GCG yang tidak berjalan baik plus kondisi karena sebagian BUMN Tbk juga dapat penugasan pemerintah, misalnya sektor infrastruktur,” katanya.
Selain itu, kondisi pandemi COVID-19 pun turut andil atas menurunnya kinerja BUMN, baik yang sudah terbuka maupun yang masih menjadi entitas yang hanya dimiliki pemerintah.
Sebagaimana diketahui, Kementerian BUMN terus mendorong agar perusahaan BUMN dapat bersaing secara global dan go public. Salah satunya dengan mendorong agar lebih banyak BUMN yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Menteri BUMN Erick Thohir terus mendorong peningkatan daya saing dan transparansi di tubuh BUMN. Salah satu yang direkomendasikan yaitu dengan melakukan IPO atau penawaran umum perdana di BEI.
Erick Thohir memastikan, dalam Roadmap BUMN 2021-2023, setidaknya akan ada 8 perusahaan-12 perusahaan BUMN yang akan mencatatkan sahamnya di bursa.
“Di pipeline, saya tidak mau bilang angka fix-nya nanti dicari-cari, tapi ada 8-12 yang kita akan go public. Akan tetapi bukan sekedar go public, kembali fundamental dan sustain harus ada,” katanya, Kamis 4 februari 2021.