Parlemen Bubar, Israel Akan Gelar Pemilu Keempat Dalam Dua Tahun Terakhir

Israel akan menggelar pemilu keempat dalam dua tahun terakhir pada Maret 2021. (Detail/ AA)

DETAIL.ID, Jakarta – Israel berencana menggelar pemilihan umum sekitar Maret tahun depan setelah pemerintah gagal menyetujui rapat rencana anggaran 2020-2021 pada Selasa 22 Desember tengah malam.

Pemilu ini merupakan yang keempat digelar Israel dalam dua tahun terakhir.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan lawan koalisi pemerintahannya, Benny Gantz, saling menyalahkan keruntuhan pemerintah yang baru berusia tujuh bulan tersebut.

“Partai Biru dan Putih (partai Gantz) keluar dari perjanjian (untuk mengubah perjanjian koalisi asli) hingga menyeret Israel untuk menggelar pemilu yang tidak penting selama krisis corona ini,” kata Netanyahu, seperti dilansir CNN, Sabtu 19 Desember 2020.

“Kami tidak menginginkan pemilu dan kami menolaknya, tetapi kami tidak takut jika harus menghadapi pemilu karena kami akan menang!” ujar Netanyahu.

[jnews_element_newsticker newsticker_title=”Baca Juga ” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” number_post=”7″ post_offset=”1″]

Sementara itu, Gantz menuding Netanyahu terlalu sibuk mengurusi tudingan korupsi yang menyeretnya dari pada mengutamakan kepentingan publik.

Gantz menuding Netanyahu menyeret warga Israel ke dalam periode ketidakpastian.

“Saya menyesal bahwa PM disibukkan dengan persidangannya, dan bukan kepentingan publik. Ia siap nyeret seluruh negeri ke dalam periode ketidakpastian, alih-alih memastikan stabilitas ekonomi dan rehabilitasi ekonomi,” ujar Gantz.

Setelah kubu Netanyahu dan Gantz gagal meraup suara mayoritas dalam tiga pemilu sebelumnya, keduanya sepakat bergabung dalam satu koalisi yang dipimpin sang PM pada April lalu.

Dalam perjanjian yang disepakati Netanyahu dan Gantz, keduanya sepakat merotasi kursi perdana menteri di antara keduanya.

Dalam perjanjian itu, Netanyahu akan menjabat sebagai PM terlebih dahulu dan kemudian memberi jalan kepada Gantz untuk menjadi PM setelah 18 bulan pemerintahan berjalan.

Namun, parlemen Israel runtuh sebelum 18 bulan lantaran gagal menyetujui rencana anggaran.

Sementara itu, pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, mengaku kecewa dengan pemerintahan Netanyahu lantaran tak bisa mengantisipasi kegagalan pemungutan suara anggaran di parlemen.

[jnews_element_newsticker newsticker_title=”Baca Juga ” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” number_post=”7″ post_offset=”1″]

Dalam rapat di Knesset, parlemen Israel, Lapid menyerang Netanyahu.

“Tuan Perdana Menteri, siapa yang Anda ajak bercanda di sini? Anda tidak peduli dengan mutasi virus corona baru. Anda hanya peduli tentang rotasi (jabatan perdana menteri),” kata Lapid.

Lapid sebelumnya berkampanye bersama Gantz untuk mengalahkan Netanyahu dalam pemilu. Namun, ia menarik dukungan dari Gantz setelah menteri pertahanan Israel itu bergabung dengan koalisi Netanyahu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *