OPINI  

Jambi Smart City: Destination Unknown?

Maratun Saadah, Akademisi UIN STS Jambi.
Oleh: Maratun Saadah*

ABAD ke-19 adalah abadnya kerajaan. Abad ke-20 adalah milik negara bangsa, maka abad ke-21 ini akan menjadi milik ‘kota’ (Wellington E. Webb, mantan Wali Kota Denver, Amerika Serikat). Ungkapan tersebut tampak benar adanya, saat ini kota telah tumbuh dan mengambil peran sentral baik dalam bidang ekonomi, politik maupun teknologi.

Kota berlomba-lomba untuk menjadi entitas sosial yang terdepan, nama-nama kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan terkenang dalam benak masyarakat karena ciri khas dan kemajuannya pelayanan publiknya. Kebutuhan kota untuk memberikan pelayanan yang prima membutuhkan ‘booster’ untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Maka kemudian ketika konsep Smart City atau kota cerdas, pertama kali diperkenalkan oleh raksasa teknologi IBM pada 1999, perdebatan-perdebatan mengenai pengembangan kota seakan tidak dapat terlepas dari konsep kota cerdas tersebut.

[jnews_element_newsticker newsticker_title=”Baca Juga ” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” number_post=”7″ post_offset=”1″]

Dalam beberapa tahun belakang, konsep Smart City pun mendapat popularitas di mata pemerintah daerah di seluruh penjuru dunia, terlebih, menurut Bappenas semakin ke depan masyarakat akan lebih banyak tinggal di perkotaan, sehingga perencanaan Smart City mutlak diperlukan. Konsep Smart City sendiri banyak diartikan oleh para ahli sebagai konsep kota yang melek teknologi, namun konsep itu sendiri masih terus berkembang sesuai dengan tuntutan perkotaan.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PUPR, Bappenas dan Kantor Staf Kepresidenan menginisiasi gerakan 100 Smart City. Gerakan tersebut bertujuan membimbing kabupaten/kota dalam menyusun masterplan Smart City agar bisa lebih memaksimalkan pemanfaatan teknologi, baik dalam meningkatkan pelayanan masyarakat maupun mengakselerasikan potensi yang ada di masing-masing daerah. Kota Jambi menjadi salah satu kota rintisan Smart City pertama di Indonesia, bersama dengan 25 kota lainnya pada 2017.

Konsep Smart City di Indonesia bertujuan untuk membangun kota masa depan yang kompetitif dan berkelanjutan. Melalui Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 1 tahun 2019, Jambi Smart City sendiri ditujukan untuk mengelola berbagai sumber daya secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan berbagai tantangan kota dengan menggunakan solusi inovatif.

Berbagai upaya penunjang tercapainya Kota Jambi yang smart telah dilakukan, salah satunya adalah aplikasi Sikoja (Sistem Informasi Kota Jambi). Sikoja adalah aplikasi yang menaungi berbagai platform e-government di Kota Jambi, aplikasi ini dapat diunduh melalui app-store untuk pengguna iOS maupun playstore untuk pengguna android.

Sikoja juga dapat diakses melalui website www.jambikota.go.id. Platform e-government yang terdapat dalam aplikasi Sikoja di antaranya; cuaca, tagihan, jelajah, informasi, pendidikan, kesehatan dan CCTV. Pada menu tagihan misalnya, masyarakat dapat mengecek berapa tagihan BPJS, PBB, PDAM dan Samsat. Cukup masukkan nomor pengguna PDAM misalnya, maka tampilan tagihan serta detail pemakaian air.

Dengan adanya aplikasi ini, masyarakat tidak perlu lagi mengantar berkas untuk mengurus pelayanan perizinan, pun tidak perlu mondar-mandir untuk mengecek status permohonan izin. Penerapan e-government yang menguban berbagai layanan menjadi contactless dan paperless ini memberikan banyak kemudahan, efektivitas dan efisiensi baik bagi masyarakat sebagai pengguna maupun pemerintah sebagai pelayan publik.

Kota Jambi telah menerima berbagai penghargaan dalam bidang inovasi sistem informasi di antaranya; Anugrah Kihajar Award (penghargaan di bidang pendidikan untuk pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi), piagam penghargaan Implementasi Smart City Nusantara (apresiasi terhadap Pemerintah Kota Jambi yang telah mengimplementasikan Smart City Nusantara), TOP IT Implementation on Smart City Development 2017 (Pemerintah Kota Jambi berhasil meraih penghargaan TOP IT dan TELCO 2017 untuk kategori TOP IT Implementation on Smart City Development 2017), penghargaan 25 Kota Terpilih dalam “Gerakan Menuju 100 Smart City, kabupaten percontohan terpilih dalam “Gerakan Menuju 100 Smart City” oleh Kemenkominfo RI, penghargaan sebagai TOP Leader Digital Implementation 2019 , penghargaan The Best Data Infrastructure DataGovAI 2019, penghargaan The Best Leader 2019 DataGovAI 2019 dan masih banyak lainnya.

Namun, pemanfaatan Smart City yang dicita-citakan tersebut masih membutuhkan banyak evaluasi dan kajian mendalam. Jangan kemudian, komitmen penuh dari pemimpin dan konsep yang sudah baik tidak diikuti dengan implementasi yang maksimal maupun tidak dioptimalkan dengan baik oleh masyarakat. Jambi Smart City bukanlah tujuan, melainkan sebuah perjalanan yang tiada akhir. Sebagai bentuk kesadaran pemerintah kota akan pentingnya memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat.

Beberapa ruang untuk perbaikan misalnya, pada fitur kesehatan dan pendidikan, belum terdapat konten yang dapat diakses, tampilan layar hanya berisi nomor call center darurat 119. padahal, pendidikan dan kesehatan merupakan urusan ‘wajib’ yang artinya urusan tersebut merupakan kebutuhan dasar bagi setiap masyarakat. Sikoja sebagai sebuah aplikasi juga masih belum optimal, fitur yang terdapat pada aplikasi ini masih berupa tautan yang mengarahkan pengguna ke website OPD terkait. Misalnya pada fitur cuaca, pengguna akan diarahkan langsung ke website BMKG dengan pilihan lokasi Provinsi Jambi.

Selain itu, dengan melihat tantangan perkotaan saat ini, bantuan sistem informasi dirasa belum cukup. Data yang telah dikumpulkan dalam sistem atau yang dikenal dengan Big Data seyogyanya dapat dimaksimalkan dalam proses pengambilan keputusan secara otomatis. automasi oleh mesin dewasa ini dikenal dengan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence).

Sistem informasi Sikoja misalnya, pelayanan dapat dilakukan secara digital, form perizinan dapat diupload secara online tanpa perlu datang ke loket, bahkan, masyarakat dapat memantau beberapa titik lalu lintas tanpa perlu harus datang terlebih dahulu, cukup melihat melalui CCTV yang ada dalam aplikasi. Namun, sistem informasi masihlah sebatas pengumpulan data, belum pada tahap menyortir dan penentuan keputusan atas data yang ada.

Sejalan dengan itu, pemerintah pusat melalui Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik, serta Perpres Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Nasional, Pemerintah Indonesia menginisiasi pengembangan SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik) menginstruksikan menteri, kepala lembaga, dan kepala daerah untuk mengembangkan SPBE sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya serta sesuai dengan kapasitas sumber daya yang dimiliki. Kebijakan ini merupakan arah baru bagi sistem informasi, juga sebagai payung hukum untuk pemanfaatan kecerdasan buatan di Indonesia.

[jnews_element_newsticker newsticker_title=”Baca Juga ” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” number_post=”7″ post_offset=”1″]

Kota Jambi telah memiliki basis data (big data) yang mendukung percepatan SPBE sebagai upaya mencapai Jambi Smart City. Sikoja ini adalah first step bagi pemkot dan masyarakat , setelah keberhasilan pengaplikasian e-government, sudah saatnya pemerintah membuka kesempatan bagi teknologi kecerdasan buatan untuk mempercepat pembangunan dalam rangka Smart City, mencapai efisiensi dan efektivitas.

*Dosen UIN Sulthan Thaha Jambi

Exit mobile version