Indonesia konon terkenal dengan penduduknya yang ramah, berbudaya luhur, religius dan memiliki watak kegotong royongan yang tinggi. Rasa kemanusiaan orang Indonesia konon juga tinggi. Faktanya, tidak bisa dipungkiri, bahwa saat ini negara dalam krisis multi dimensi, khususnya krisis keuangan yang diperparah pandemi virus corona. Elite-elite politik terkesan bingung menghadapi situasi ini. Tercermin dari pernyataan yang tidak konsisten, mencla-mencle, arogan dan tidak mau disalahkan.
Menurut penulis, jika elite politik tidak ada solusi maupun tindakan nyata dalam membantu pemerintah dan rakyat menghadapi wabah Covid-19, setidaknya mereka jangan membuat atraksi politik yang konyol. Sebagai suatu contoh konkret, sewaktu musim pileg/pilkada, semua partai politik dan kader-kader partai politik itu saling obral bagi-bagi kaos, foto-foto caleg, sembako, kalender, uang sedekah, bagi-bagi uang dan lain-lain. Tapi pada saat virus Corona mewabah, belum ada partai politik dan kader-kader partai politik itu yang sanggup memberikan 1 (satu) masker saja.
Rakyat hanya dibutuhkan pada saat partai politik dan para caleg membutuhkan suara dukungan rakyat. Fenomena ini menurut Rocky Gerung (2010), menjadikan sang politisi yang sebelumnya pengemis suara rakyat pada waktu pemilu, kini menyatakan diri sebagai pemilik kedaulatan. Politisi memutuskan hubungan historisnya dengan rakyat dan mulai berfikir menjadi pengemis baru. Kali ini, bukan pada rakyat, tetapi pada kekuasaan eksekutif.
Kehidupan politikus, tentu akan senantiasa dikaitkan dengan perilaku politik yang dilakukannya dalam mengemban tugas sebagai amanah rakyat. Kerap kali, panggung politik yang diperankan oleh para politikus membuat jemu masyarakat. Perilaku politik yang diusung para politikus seringkali justru melukai hati konstituantenya. Di samping janji-janji yang masih banyak belum ditepati, perilaku hedonis dan prakmatis tiba-tiba menyeruak kepermukaan tanpa rasa malu.
Ketika berbicara tentang politik sebagai sebuah medan pengabdian. Berbagai tindakan tidak senonoh yang dipertontonkan oleh elite politik menjadi cemooh tersendiri bagi dunia politik. Dalam bukunya, Magnis Suseno (Etika Politik,1987:13) menyatakan bahwa “etika berkaitan dengan refleksi moralitas yang berisi sekumpulan norma sebagai pegangan suatu komunitas atau masyarakat sehingga seluruh hidup dan laku tingkah laku manusia tidak merugikan satu sama lain”. Oleh karena itu, etika dan moral adalah sekumpulan nilai-nilai atas asas yang memungkinkan seseorang mengaktualisasikan diri sebagai manusia yang bermartabat dan beradab.
Akhir-akhir ini, kita dipertontonkan dengan berbagai pertunjukan dan atraksi elite politik di tengah wabah virus Corona. Maraknya penyebaran virus Corona tidak menyurutkan elite-elite politik ini untuk melakukan kunjungan kerja keluar daerah dengan berbagai macam alasan dan dianggap tidak hemat dalam menggunakan anggaran daerah. Pemerintah sendiri sudah mengeluarkan kebijakan pejabat OPD dan ASN untuk tidak melakukan perjalanan dinas keluar kota, social distancing, work from home. Harusnya legislatif sebagai mitranya, juga harus mengikuti instruksi itu. Bukan mengangkanginya.
Lagi pula, kunker ini dinilai tidak efektif dan terkesan dipaksakan. Padahal mereka tahu bahwa rakyat sedang gelisah dan panik, karena sulit dan mahalnya untuk mendapatkan masker dan alat kesehatan lainnya untuk mencegah virus Corona ini.
Kita dibuat jengkel oleh salah seorang anggota dewan yang terhormat ini marah-marah kepada Pejabat Dinas Kesehatan karena ditetapkan berstatus ODP. Dinkes menetapkan mereka berstatus ODP karena baru pulang kunker dari daerah merah penyebaran virus Corona.
Elite politik merasa sebagai warga negara kelas satu yang seharusnya mendapat perlakuan yang berbeda. Arogansi menjadi senjata untuk menutupi segala defisit akal dan etika. Itulah salah satu atraksi politik, maka suatu saat nanti akan timbul public distrust terhadap partai politik dan para elitenya.
Tapi sebelum itu terjadi, ada baiknya para elite politik “bersedekah” masker dan alat-alat kesehatan lainnya kepada rakyat.
*Akademisi UIN STS Jambi