DETAIL.ID, Jambi – Harga sawit masih menjadi keluhan di kalangan petani. Budiman, seorang petani sawit yang tinggal di Muarosebo, Muarojambi. Kepada detail ia menyampaikan harapan kepada pemerintah agar segera menindak perusahaan atau pabrik yang seenak jidat menurunkan harga.
“Harga sekarang masih samo lah. Paling rendah dalam 2 minggu ini Rp.1.500 paling tinggi Rp 1.700,” kata pada Kamis 5 Mei 2022.
Memang diakui olehnya, bahwa kebanyakan petani di daerahnya merupakan petani mandiri yang tak ada terikat kemitraan. Namun, menurutnya harga TBS sawit di pabrik swasta juga tak boleh turun drastis dari harga yang sudah ditetapkan oleh Disbun Provinsi Jambi.
“Kita jual ke PT Angso Duo Sawit (ADS) segitulah harganya. Memang seharusnya ada tindakan dari pemerintah ya. Tapi ya gimana orang pabrik sudah menentukan, kita ni sebagai petani ngikut ajalah,” ujarnya.
Hari ini, lanjutnya, pabrik sudah buka, harganya masih sama. Harapannya, ikut regulasinya ajalah, kalau Disbun sudah mematok harga, ya perusahaan jangan bermain sendiri.
Di tengah harga sawit yang merosot, ia tetap memilih untuk memanen kebun sawitnya, walaupun harga pupuk tengah diatas langit dan Budiman masih membutuhkan jasa pekerja untuk memanen sawitnya.
“Ya daripada makin rugi, sawit juga kalau ga dipanen rusak juga nanti pohonnya,” ujar dia.
Saat ini harga pupuk konsisten di atas angin. Belum lagi Budi perlu mengupah buruh panen sebesar Rp 150 per kilogram hasil TBS yang dipanen. Sementara harga TBS masih konsisten merosot. Ia pun Cuma bisa berharap pemerintah maupun perusahaan sawit tidak membirakan kondisi yang tidak baik ini berlangsung berlama-lama.
“Pabrik kalau bisa ikut harga yang dikeluarkan Disbun, jangan mempermainkan sendiri. Kalau dia mempermainkan sendiri harusnya ada sanksinya dari pemerintah, karna kita kan ga bisa nentukan harga, tergantung kebijakan pemerintah lagilah.” ujar dia.
Reporter: Juan Ambarita