SAYA ingin 5, 10 atau 15 tahun lagi, apabila masyarakat Jambi ingin mengetahui apa-apa saja dinamika politik yang terjadi di tahun 2019, jejak tinta digital ini akan bisa menceritakannya. Saya akan coba memotret kejadian-kejadian menarik ganasnya pertarungan para politisi di tahun politik.
Sudah sepantasnya memang tahun 2019 disebut sebagai tahun politik, karena untuk pertama kalinya penyelenggaraan pemilu dilaksanakan serentak antara pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg), bangsa ini pun dibuat riweuh dengan hiruk pikuk para politisi yang sedang merayu hati rakyat. Lembaran awal tahun 2019, Januari sampai Juni saat itu memasuki tahapan kampanye, pencoblosan dan pasca pemilu.
Jatah waktu kampanye 6 bulan sejak ditetapkannya Daftar Calon Tetap (DCT) pada September 2018 tidak dimanfaatkan sepenuhnya oleh para kontestan pemilu. Baru sebulan terakhir menjelang pencoblosan 17 April 2019 hiruk pikuk kampanye terasa, Alat Peraga Kampanye (APK) bertebaran dan strategi kampanye terbatas lebih diminati dari pada model kampanye akbar.
Pada pemilu serentak 2019 suasana kampanye pilpres lebih dominan dari pada kampanye pileg. Hal ini terjadi karena banyaknya berita hoaks dan politisasi SARA yang menimbulkan polarisasi dukungan “Cebong & Kampret” yang sangat tajam di pilpres, sehingga energi media pun lebih besar mengulas pilpres.
Meskipun tergolong sepi namun suasana kampanye caleg pada pemilu kelima sejak reformasi ini tetap menarik, drama pemeriksaan KPK pada sejumlah anggota DPRD yang terlibat kasus “ketok palu” dan banyaknya caleg petahana yang mengundurkan diri, memberikan angin segar bagi caleg-caleg pendatang baru.
Hasilnya lebih dari separuh anggota DPRD Provinsi tersingkir dan hanya 14 petahana yang mampu mempertahankan kursinya. Berikut jumlah kursi parpol hasil pemilu 2019 DPRD Provinsi Jambi; PDIP 9 kursi, Golkar, Gerindra, Demokrat dan PAN masing-masing 7 kursi, PKS 5 & PKB 5 kursi, PPP 3 kursi, NasDem 2 kursi serta Hanura, Perindo, Berkarya masing-masing 1 kursi. Untuk unsur pimpinan Ketua Edi Purwanto, Wakil Ketua I Rocky Candra, Wakil Ketua 2 Pinto Jaya Abadi dan Wakil Ketua 3 Burhanuddin Mahir.
Untuk perebutan kursi di Senayan (DPR & DPD), puluhan caleg dari 16 partai politik bertarung sengit, hasilnya lima caleg petahana kembali lolos yaitu Sutan Adil Hendra, H Bakri, Zulfikar Ahmad, Ihsan Yunus dan Saniatul Lativa. Sedangkan pendatang baru yang lolos yaitu mantan Gubernur Jambi Hasan Basri Agus yang mendapatkan terbanyak kedua se-Indonesia di Partai Golkar sehingga dianugerahi medali platinum dari DPP Partai Gokar, Hasbi Ansori dari NasDem, dan Sofyan Ali dari PKB.
Sementara itu, 4 orang dari 20 orang calon DPD yang berhasil duduk di Senayan adalah Ria Mayang Sari putri Gubernur Jambi, M Syukur satu-satunya petahana yang bertahan, Elviana senator luar biasa yang jeli mengambil peluang dan bisa duduk 4 kali di Senayan, serta Sum Indra. Sementara dua petahana Daryati Uteng dan Abu Bakar Jamalia harus tersingkir.
Beberapa catatan menarik lainnya dari perhelatan pemilu serentak terumit sedunia ini adalah pertama; timbulnya petaka banyak penyelenggara tewas akibat kelelahan, secara nasional 554 petugas KPU, Bawaslu dan Polri tewas.
Di Jambi tercatat 2 orang KPPS meninggal 89 sakit, dan dari Bawaslu 6 orang sakit 12 pingsan. Kedua, munculnya sengketa proses pemilu yang merupakan kasus yang terjadi pertama kali di Indonesia dimana caleg dari Kabupaten Sarolangun dan Merangin yang pindah parpol tetap masuk dalam DCT dan beberapa orangnya terpilih kembali dan akhirnya dilantik menjadi anggota DPRD.
Setelah hiruk pikuk pemilu selesai, semester kedua 2019 dimulai dengan drama sengitnya pengisian kekosongan posisi wakil Gubernur Jambi yang tak kunjung selesai, bahkan sampai tulisan ini dibuat pun (2020) partai koalisi pengusung belum mufakat siapa nama 2 orang yang akan diserahkan ke DPRD untuk diparipurnakan mendampingi Fachrori. Melihat alotnya kompromi partai koalisi, dipastikan Fachrori akan sendirian sampai akhir masa jabatan.
Menjelang akhir tahun 2019 kondisi politik Jambi mulai hangat kembali, kasak-kusuk Pilgub mulai menyeruak, orang-orang mulai membicarakan siapa bakal calon yang akan bertarung di Pilgub 2020 nanti? Beberapa nama mulai digadang-gadang maju. Ada yang terang-terangan menyatakan diri ada yang masih malu-malu. Namun akhirnya para pendekar politik mulai menampakkan keseriusannya dengan mendaftar di penjaringan yang dibuka oleh parpol.
Beberapa tokoh yang siap bertarung, didominasi kepala daerah dua periode, hal ini dikarenakan secara aturan mereka cukup cuti dan tidak perlu mundur dari jabatannya sehingga aturannya ini menguntungkan mereka, sebaliknya ASN dan anggota dewan yang maju wajib mundur.
Beberapa bakal calon yang serius dan telah mendaftar ke parpol adalah Wali Kota Jambi Syarif Fasha, Wali Kota Sungai Penuh AJB, Bupati Sarolangun Cek Endra, Bupati Merangi AL Haris, Bupati Tanjung Jabung Barat Safrial, Gubernur Petahana Fachrori Umar, Usman Ermulan Mantan Bupati Tanjung Jabung Barat, Ketua HKK Ramli Taha dan H. Bakri Anggota DPR RI dari PAN.
Beberapa nama lain juga didorong masyarakat untuk maju namun menyatakan tidak bersedia yaitu Hasan Basri Agus (HBA) dan Kapolda Jambi yang juga putra daerah dari Kabupaten Batanghari Irjen Pol Muchlis A.S. Dengan tidak majunya HBA diprediksi pertarungan sangat berimbang dan terbuka lebar bisa sampai tiga pasangan calon.
Hasil survei terakhir yang dirilis oleh Charta Politica menempatkan elektabilitas Syarif Fasha di posisi teratas 16 persen, Fachrori Umar 10,4 persen, Cek Endra 9,4 persen, Al Haris 8,6 persen, AJB 5,3 persen, Safrial 4,8 persen dan H Bakri 3,1 persen. Tentunya hasil survei ini mendapatkan tanggapan pro dan kontra dari masing-masing kandidat.
Akhir tahun 2019 ditutup dengan berbagai manuver politik para bakal calon gubernur, masing-masing kandidat rajin blusukan ke 11 kabupaten kota untuk membuat jaringan dan mendekati para tokoh-tokoh politik, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Perang baliho pun juga semakin sengit, para balon dengan slogan masing-masing coba mencitrakan dirinya untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas, karena faktor utama partai memberikan restu adalah bagi balon yang memiliki elektabilitas paling tinggi.
Proyeksi Politik Jambi 2020
Berdasarkan PKPU 16/2019 pendaftaran paslon tanggal 16-18 Juni, 8 Juli penetapan calon dan 23 September 2020 hari pencoblosan. Masih ada waktu 6 lagi bagi para kandidat untuk meracik strategi dan menentukan pasangan, enam bulan ke depan para kandidat akan sibuk dengan beberapa hal; pertama terus menaikkan popularitas dan elektabilitas dengan semakin masif memasang baliho dan mendekati tokoh-tokoh didaerah, mencari celah untuk mendapatkan “perahu” partai politik dan melakukan lobi-lobi untuk mendapatkan pasangan calon wakil gubernur yang satu chemistry.
Menarik untuk disimak apakah Jambi nanti akan menjadi semakin Mantap/Berkah/Maju/Bangkit/Unggul/Juara?
*Ketua Komunitas Peduli Pemilu dan Demokrasi (KOPIPEDE) Provinsi Jambi dan Akademisi Universitas Jambi