Gandeng Oxford, Target Unair Rampungkan Vaksin Pertengahan 2021

Pengantin Corona
Ilustrasi (Detail/ist)

DETAIL.ID, Jambi – Dikabarkan ragu-ragu dalam mengembangkan pengobatan Covid-19. Unair tetap percaya diri melanjutkan penelitiannya.

Sebelumnya Universitas Airlangga Surabaya dikabarkan akan meninggalkan riset terhadap penggunaan kombinasi obat.

Unair dikabarkan lebih memilih untuk fokus pengembangan vaksin Covid-19. Langkah ini diumumkan setelah merampungkan laporan riset kombinasi obat kepada Badan Intelijen Negara (BIN).

Melalui keterangannya pada Kamis 15 Oktober 2020, dikatakan oleh Rektor Unair Mohammad Nasih kalau tim peneliti masih menunggu arahan dari BIN untuk kelanjutan dari laporan terbarunya tersebut.

[jnews_element_newsticker newsticker_title=”baca juga” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” autoplay_delay=”3000″ include_category=”658″]

Namun dia mengakui bahwa kombinasi obat merupakan riset jangka pendek yang sudah tak relevan lagi untuk penanggulangan wabah Covid-19.

Nasih melanjutkan, bahwa penelitian sudah masuk pada pengembangan vaksin. Fokus Unair terhadap vaksin pulalah yang membuat dukungan pemerintah dan BPOM terhadap riset kombinasi obat di Unair dirasanya sudah berkurang.

“Jadi apakah seimbang nanti pengorbanan kami dengan manfaat obat ini? Karena untuk membeli bahan obat juga tidak murah, pada sisi lain relevansinya juga agak berkurang waktunya,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) itu.

Dengan menggandeng University of Oxford, RS Unair dam RSUD Dr. Soetomo untuk pengujiannya, Nasih mengklaim penelitian sudah mengalami kemajuan pesat dan diyakini selesai pertengahan 2021.

“Harapannya pertengahan 2021 sudah selesai karena Desember baru kami bisa uji klinis,” kata Nasih.

Keterangannya serupa dengan sebelumnya dipaparkan, Wakil Rektor Unair Ni Nyoman Tri Puspaningsih melalui seminar virtual ‘Vaksin Merah Putih: Tantangan dan Harapan’ di Jakarta pada Rabu. Menurut Tri, uji pada akhir tahun ini dilakukan terhadap hewan percobaan.

Untuk diketahui, Universitas Airlangga mengembangkan vaksin Merah Putih berbasis adenovirus dan adeno-associated virus (AVV). Metode ini disebutnya sama dengan yang dikerjakan CanSino China (Ad5-nCoV), Astra Zeneca-University of Oxford, dan Rusia (Sputnik V).

Perbedaannya, vaksin itu dikembangkan dengan menggunakan isolat virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang beredar di Indonesia. Sehingga diyakini lebih relevan untuk mengatasi pandemic di Indonesia.

Ampai dengan awal Oktober 2020, Indonesia sudah mengumpulkan 104 hasil pengurutan genom menyeluruh (whole genom sequencing) dari SARS-CoV-2 yang bersirkulasi di Indonesia kepada data global yang dikelola GISAID.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *