DETAIL.ID, Louisiana – Sebuah temuan cemerlang dihasilkan oleh seorang Dosen fakultas pertanian Louisiana State University.
Varietas baru padi memiliki kandungan protein tinggi dihasilkan dari penelitian yang cukup lama oleh Prof. Herry Utomo bersama inventor lainnya.
Diberi nama varietas ‘Frontière’, Prof Herry dan timnya mengembangkan lini budidaya padi protein tinggi. Varietas ini dirilis pertama kali pada 2017. Namun masih terus disempurnakan semenjak pertama kali diluncurkan.
Beras dikembangkan melalui proses pemuliaan tradisional. Dengan diawali dengan teknik mutasi selama 3 tahun. Ini adalah beras berprotein tinggi berbiji panjang pertama yang dikembangkan di dunia. Rata-rata kandungan proteinnya 10,6%, meningkat 53% dari kandungan protein aslinya.
[jnews_element_newsticker newsticker_title=”baca juga” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” autoplay_delay=”3000″ include_category=”6″]
Beras Ini juga hanya membutuhkan lebih sedikit panas, waktu, dan biasanya lebih sedikit air untuk memasak. Itu ditanam secara komersial di Illinois.
Prof. Herry melakukan berbagai tahapan hingga pada akhirnya mematenkan hasil temuannya ini. Hak paten atas temuannya ini kemudian ditawarkan kepada perusahaan dan sudah ada 2 perusahaan yang memasarkan.
Temuan ini sudah dipasarkan di Amerika. Di Amerika bagian utara, Kultivar berprotein tinggi ini sekarang dipasarkan sebagai beras “Cahokia“. Sedang di Amerika bagian selatan dipasarkan sebagai “Prairie Acadian Rice”
“Begitu penemuan kita dapatkan, established, sudah diuji, cocok semuanya, kita patenkan, kita reducer-kan, kita rilis. Sehingga semuanya formal dan dari paten itulah kemudian kita tawarkan kepada perusahaan yang mau, dan ada dua perusahaan yang mau memasarkan ini” ungkap Prof Herry dalam wawancaranya bersama VOA Indonesia.
Prof herry yang sudah datang ke Amerika sejak 1986, tidak hanya memiliki satu hak paten saja. Selain “frontier” ada 6 hak paten lainnya yang sudah ia daftarkan. Semuanya berkaitan dengan pengembangan tanaman pertanian.
Beliau mengatakan, bagian yang dihasilkan dari profit licencing ini dibagi-bagi. Sebanyak 60% kembali ke LSU (Louisiana State University), sedangkan 40% lainnya dibagikan kepada para inventor.
Varietas ini adalah terobosan baru bernilai ekonomi tinggi tetapi sangat disayangkan padi varietas ini tidak cocok untuk ditanam di Indonesia. Namun dengan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki, beliau siap membuka diri untuk bekerjasama dengan Indonesia.