Perlambatan disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan kredit investasi seiring dengan pola musiman kurun pembayaran proyek korporasi oleh prinsipal yang mendorong pelunasan sebagian kredit.
“Pada November 2022 penyaluran kredit meraih Rp 255,1 triliun. Sedangkan di kuartal III 2022 mencapai Rp 255,9 triliun. Pada November 2021 tercatat Rp 239,7 triliun,” kata Kepala Kantor Perwakilan BI Sumatera Utara Doddy Zulverdi, Kamis, 28 Desember 2022.
Meski demikian, kredit modal kerja dan kredit konsumsi masih mencatat peningkatan pertumbuhan pada November 2022. Sektor utama Sumut mirip pertanian, industri pembuatan, dan konstruksi mengalami perlambatan perkembangan kredit, tetapi tidak dengan kredit perdagangan yang mencatat kenaikan.
“Pada November 2022, kredit konstruksi dan pertanian tercatat kontraksi. Di segi lain, NPL (non performing loan)sektor utama masih relatif terjaga, kecuali sektor perdagangan dan konstruksi yang telah mencapai lebih dari 5 persen pada November 2022 sehingga perlu diwaspadai,” ucapnya.
Menurutnya, risiko kredit perbankan relatif tersadar meskipun terjadi kenaikan NPL dari kuartal III 2022 sebesar 2,46 persen menjadi 2,5 persen pada November 2022.
Namun, masih dalam batas masuk akal di bawah 5 persen. Dari sisi kredit, kredit modal kerja mencatat perbaikan risiko kredit, disusul oleh NPL kredit konsumsi yang tersadar stabil.
“Hal ini diperkirakan sejalan dengan upaya perbaikan mutu kredit pada debitur terdampak covid-19 yang dijalankan oleh pemerintah lewat restrukturisasi kredit yang meraih -26 persen (yoy) pada November 2022.
Pertumbuhan restrukturisasi kredit negatif seiring dengan sudah terlewatinya puncak kemajuan pada triwulan I 2021,” ujarnya.
Doddy menyertakan perekonomian Sumatera Utara pada 2022 diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2021 dengan rentang proyeksi 4,1 persen sampai 4,9 persen (yoy). Kian pulihnya mobilitas dan membaiknya daya beli akan mendorong konsumsi penduduk .
“Tingginya harga komoditas utama pada semester pertama serta bertuturnya acara PEN juga diprakirakan dapat mendorong kemajuan ekonomi Sumatera Utara tahun 2022 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya,” ujarnya.
Menurut Doddy, kemajuan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2023 diperkirakan tertahan meski masih kuat yaitu berkisar 3,9 persen sampai dengan 4,7 persen (yoy).
Dari sisi pengeluaran, sumber perlambatan diperkirakan berasal dari kinerja net ekspor selaku akhir dari perlambatan ekonomi dunia.
“Hal ini diperkirakan akan berimbas terhadap pemasukan masyarakat dan lebih rendahnya konsumsi rumah tangga di tengah masih adanya risiko tekanan geopolitik yang memiliki peluang mendorong stagflasi, bahkan reflasi. Konsumsi pemerintah diprakirakan tetap berkembang konkret seiring dengan tunjangan fiskal terkait optimalisasi anggaran belanja,” ujarnya.