Video pertama memberikan keangkuhan pengendara Pajero Sport yang menghunus senjata tajam (sajam) ke pengendara mobil lain ketika melintas di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara yang diduga terjadi pada Minggu, 25 Desember 2022.
Dalam video tersebut, pengendara Pajero Sport dengan pelat B 1690 QH menjajal menyerobot antrean kendaraan di depannya.
Sementara, video kedua menunjukkan agresi pengendara Fortuner yang belum terperinci lokasi dan waktu kejadian. Dalam video tersebut, Fortuner yang sedang dikawal Patwal memepet pengguna jalan lain.
Lalu, bagaimana sebaiknya bersikap dikala mendapati pengendara yang angkuh di jalan raya?
Instruktur Senior Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengimbau pengemudi lain untuk menyerah ketika menemui pengendara angkuh. Menurut beliau menghadapi keangkuhan pengemudi di jalan justru akan menghabiskan waktu dan tenaga.
“Buat pengguna jalan lain yang merasa hak-hak mereka tidak diakomodir oleh pengguna jalan yang besar kepala tadi, apa yang mesti kita kerjakan? Kita ngalah, kita tabah,” kata Jusri dikala dihubungi, Selasa, 27 Desember 2022.
Menurut beliau dikala berhadapan dengan pengendara arogan, segi psikologis akan terdampak dan merasa terintimidasi. Secara natural, orang akan terbawa emosi jika berada dalam emosi tersebut.
Dari situ juga akan muncul kecemasan. Ketika kecemasan dan terintimidasi terjadi terus menerus, maka ada ruang emosi yang tak bisa terekspos.
“Yang terjadi mereka akan mengalami frustasi. Ketika frustasi orang-orang kayak kita ini, mereka berani melakukan friksi, berani melakukan senggolan-senggolan yang menjadikan pertentangan. Artinya mereka bisa saja timbul sikap spontan,” ujar Jusri.
“Impulsif yakni suatu sikap di bawah alam sadar yang kadang-kadang dianggap orang nekat. Dia lupa kalau dia sedang tertekan, beliau frustasi. Nah, tolong teman-teman yang berada di sekitar lingkungan yang tidak safe tadi, ngalah saja lah. Ngalah itu akan menciptakan anda tiba di rumah atau tempat tujuan dengan sempurna waktu,” tutur beliau.
Di sisi lain, pengemudi juga tak perlu berusaha menegakkan atau mengingatkan soal hukum-hukum berlalu lintas terhadap pengendara arogan. Menurut ia penegakkan aturan merupakan kewenangan kepolisian dan hakim di pengadilan.
“Penegakkan peraturan itu haknya polisi, kalau Anda bukan polisi, so go away, alasannya adalah bila tidak anda akan terpicu emosi anda, jikalau emosi anda naik, apa yang terjadi? Kemampuan rasional, kemampuan logika akan turun, tergolong kemampuan motorik Anda, alasannya psikologisnya terganggu,” ujarnya.