Flu Burung Sampai Harga Pakan Jadi Penyebab Mahalnya Telur di AS

DETAIL.ID, Jakarta – Harga telur di Amerika Serikat melambung tinggi 49 persen per November 2022, salah satu penyebabnya yakni flu burung yang menewaskan 60 juta unggas.

Mengutip CNN, telur besar Midwest yang menjadi tolok ukur telur AS dipatok US$5.46 per lusin alias Rp 86.112 per lusin (asumsi kurs Rp 15.771 per dolar AS). Dengan kata lain, per butir telur dijual seharga Rp 7,1 ribu.

Sejak permulaan tahun ini, flu burung mengurangi populasi unggas, utamanya kalkun dan ayam petelur yang menjadi biang kerok peningkatan harga telur di AS.

Permintaan di supermarket terus tinggi dikala stok telur menipis. Hal ini diperparah dengan tingginya ongkos pakan dan energi bagi peternak ayam petelur.

“Tahun ini kami terus melihat depopulasi kawanan (unggas) sepanjang tahun dan ada kemungkinan bahwa kami akan terus melihatnya hingga 2023,” ujar Kepala Ekonom Protein Hewani CoBank Brian Earnest, Selasa, 27 Desember 2022.

Menurut Departemen Pertanian AS (USDA), sekitar 60 juta unggas mati alasannya adalah penyakit flu burung sepanjang 2022. Dari jumlah tersebut, sekitar 43 juta adalah ayam petelur.

CEO American Egg Board Emily Metz menyampaikan pasokan bukan satu-satunya penyebab harga telur melambung tinggi tajam.

Biaya materi bakar, pakan, dan pengeluaran produsen lain ikut bertambah sehingga menaikkan harga telur grosir. Permintaan telur juga melambung sepanjang tahun ini.

Kendati, firma riset pasar IRI yang melacak data penjualan eceran di AS melihat pemasaran telur cuma turun sekitar 2 persen per unit di ritel dalam setahun hingga 4 Desember. Hal itu mencerminkan harga tinggi tidak berpengaruh banyak pada jumlah ajakan.