DETAIL.ID, Jambi – Percaya atau tidak, kopi yang satu ini adalah hasil penemuan seorang wanita yang kini berusia 44 tahun. Kopi itu diberi nama Kopi Bungur karena berasal dari biji bunga Bungur.
Jangan kaget, wanita bernama Leni Haini itu adalah mantan atlet dayung Jambi. Ia telah meraih puluhan medali dari PON, SEA GAMES, Asian Games, Kejuaraan Asia Terbuka di Taiwan, Kejuaraan Dunia di Hong Kong serta pernah mengikuti kejuaraan di Sidney, Australia.
Karena dilupakan pemerintah daerah, untuk menyambung hidup bersama keluarganya Leni terpaksa mencari nafkah serabutan sampai akhirnya meracik Kopi Bungur.
Berawal dari resep nenek moyangnya yang juga seorang Tabib, ia menyebut bahwa tanaman bungur (Lagerstroemia Sp) bisa mengobati kencing manis, atau diabetes.
Biji bungur kering ia tampung dengan memberdayakan para janda-janda miskin di tempat tinggalnya. Di daerah ia tinggal, Kampung Legok, Kecamatan Danau Sipin memang banyak tumbuh bunga Bungur. Jadi, untuk bahan bakunya akan selalu tersedia.
“Karena tanaman bungur ini punya khasiat, maka saya berpikir untuk bisa mengolahnya. Tercetuslah untuk membuat kopi bungur ini,” kata Leni kepada detail pada Jumat, 16 Juli 2021.
Ia berharap, para janda-janda itu bisa berpenghasilan. Maka dari itu, Leni berusaha menciptakan produk yang bermanfaat baik secara khasiat ataupun dampak secara ekonominya.
“Selain punya khasiat untuk diabetes jika menyeduh tanpa gula, Kopi Bungur juga bisa untuk penambah stamina. Ada penambahan sedikit biji kopi biasa untuk memperkuat aroma dan rasa,” kata ibu tiga anak ini.
Untuk menambah keyakinan soal khasiat, ia meminta bantuan Universitas Jambi untuk meneliti. Hasilnya, di dalam bungur ini terdapat kandungan insulin murni.

Proses Pembuatan
“Untuk proses pembuatan Kopi Bungur, ada beberapa tahapan. Biji bungur saya jemur, tapi tidak bisa dari pagi sampai sore. Bungur harus dijemur jam 3 sore sampai jelang matahari terbenam. Proses penjemuran berlangsung selama 6 hari,” ujarnya.
Setelah menjemur, proses selanjutnya pemanggangan (roasting). Dicampurlah dengan sedikit biji kopi untuk aroma dan rasa. Setelah itu penumbukan secara manual.
Ia mengaku terkendala soal modal. Semua prosesnya manual karena mesin-mesin mahal. Harganya mencapai Rp 6 juta.
“Daripada untuk beli mesin, lebih baik untuk menambah modal untuk para janda-janda pelaku industri kreatif,” kata Leni.
Selain kopi bungur, ia juga membuat Bank Sampah. Menerima siswa PAUD untuk belajar di rumahnya, membayar dengan sampah. Para janda atau warga yang ia bina juga bisa menyetor kerajinan daur ulang untuk dijual.
Untuk pemasaran kopi hanya melalui media sosial dan dari kenalan-kenalan serta pameran. Ia berharap produk ini bisa terkenal. Sebab, ini bukan produk pribadi. Tapi produk bersama Kampung Legok. Semakin laris, maka akan semakin mengangkat perekonomian kampungnya.
Reporter: Febri Firsandi