Hewan Mati Secara Misterius Juga Terjadi di Sekitar TNBD

Bangkai babi yang ditemukan di sekitar kawasan TNBT. (DETAIL/Syahrial)

DETAIL.ID, Tebo – Peristiwa ratusan hewan liar mati mendadak ternyata tidak hanya terjadi di sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), namun peristiwa misterius ini juga terjadi di sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Ini dikatakan langsung oleh Bambang, wakil pemimpin atau Temenggung Masyarakat Hukum Adat Suku Anak Dalam (MHA SAD) Desa, Tanah Garo, Kecamatan Muara Tabir, Kabupaten Tebo, Jambi.

“Heran, di tempat kami banyak nian ditemukan bangkai babi. Sepertinya mati mendadak,” kata Wakil Temenggung, Bambang, Selasa, 6 Juli 2021.

Bambang mengaku tidak tahu apa penyebab kematian hewan-hewan tersebut. “Mati karena apa, kami tidak ada tahu. Yang jelas sekarang kami sangat sulit mendapatkan babi,” ujar dia.

[jnews_element_newsticker newsticker_title=”Baca Juga ” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” number_post=”7″ post_offset=”1″]

Hal yang sama juga dikatakan Nyerah. Menti MHA SAD Desa Tanah Garo ini mengungkapkan, selain babi masih banyak ditemukan hewan lainnya yang mati secara misterius. “Bukan cuma babi, burung biawak, ular, monyet dan lainnya banyak juga yang mati. Kalo dihitung, jumlahnya ratusan lebih,” ucap Nyerah.

Hingga sekarang kata dia, peristiwa misterius ini masih berlangsung. Hal ini membuat dia dan warga MHA SAD Desa Tanah Garo merasa waswas dan berharap ada penanganan serius dan instansi terkait.

Diberitakan sebelumnya, Masyarakat Hukum Adat Suku Anak Dalam (MHA SAD) kelompok Temenggung Apung di Desa Muara Kilis, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo, merasa waswas karena banyak menemukan hewan liar tergeletak mati.

Hewan liar yang paling banyak ditemukan mati di antaranya babi, ular dan biawak. Diperkirakan jumlahnya ratusan ekor lebih. Rata-rata lokasinya tidak jauh dari sumber air atau di dipinggir-pinggir sungai di sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT).

“Kalau sekarang ini, jangankan mau ketemu babi. Ketemu jejak babi saja boleh dikatakan tidak ada lagi, ” kata Temenggung Apung beberapa minggu yang lalu.

[jnews_element_newsticker newsticker_title=”Baca Juga ” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” number_post=”7″ post_offset=”1″]

Tidak itu saja, dia juga mengaku menemukan sejumlah beruang, kijang dan rusa tergeletak mati. “Anehnya. Tidak satu pun rajo besak (gajah) dan rajo belang (harimau) yang ditemukan mati,” ujarnya.

Hal yang sama juga dikatakan Ketua Adat MHA SAD Kelompok Temenggung Apung, Sril. Kejadian aneh ini ujar dia, baru pertama kali terjadi. “Anehnya lagi. Di mana ditemukan hewan yang mati, jika kita menangkap ikan di sana dan kita makan, kita langsung (spontan) merasa pusing. Tidak lama langsung jatuh pingsan atau tidak sadarkan diri,” ucapnya.

Yang dikhawatirkan katanya, banyak MHA SAD kelompok dia (MHA kelompok Temenggung Apung) yang masih mengandalkan hidup dari hasil hutan. Terkadang mereka berhari-hari mencari hasil hutan di dalam hutan.

Saat berada di dalam hutan katanya, salah satu sumber makanan yang gampang atau mudah didapat adalah ikan. “Nah kalau sempat termakan ikan dan langsung pingsan, siapa yang menolongnya?” kata dia.

Sril menduga, kematian hewan-hewan ini akibat racun. Pasalnya, hampir rata-rata wilayah yang menjadi jelajahan dia ditemukan bangkai hewan. Bangkai hewan yang paling banyak ditemukan di Sungai Landai, Sungai Pedeman, Sungai Manggatal, Sungai Sekalo dan sungai -sungai lainnya. “Pernah saya temukan lebih dari 50 ekor bangkai babi di pinggiran air. Kok bisa matinya serentak seperti habis diracuni saja,” katanya.

Yang dikhawatirkan lanjut Sril lagi, racun yang menyerang hewan-hewan tersebut juga menyerang atau menular ke manusia. Atau kata dia, hilangnya sumber makanan untuk rajo belang (harimau).

[jnews_element_newsticker newsticker_title=”Baca Juga ” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” number_post=”7″ post_offset=”1″]

“Kalau makanan untuk rajo belang sudah habis, rajo belangnya mau cari makan di mana lagi. Ya, ujung-ujungnya bakal masuk kampung untuk mencari makan,” ujarnya.

Reporter: Syahrial

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *