Seorang dosen pertanian asal Jambi ini sudah mencipta 160 karya inovasi. Ia tak pernah berhenti berkarya selama pandemi Covid-19 mendera. Baginya, pintar saja tak cukup. Harus bermanfaat bagi orang banyak.
SELAMA mengajar daring (dalam jaringan) tanpa tatap muka Dede Martino justru semakin produktif. Ia terus berkarya dengan membuat mesin-mesin baru dan produk inovatif lainnya. Sedikit saja waktu luang, baginya sangat berharga. Hingga saat ini sudah lebih dari 160 karya inovasi tercipta.
Di rumah, ia memanfaatkan setiap jengkal menjadi ruang yang produktif. Ia menanam beragam jenis tanaman menggunakan pot-pot dengan metode hidroponik. Tak hanya itu, Dede Martino juga mengembangkan beragam teknik memperbanyak tanaman, juga dengan metode hidroponik dan cara stek.
“Pintar saja tidak cukup, kita harus pandai. Pandai tidak cukup, kita harus cerdik. Kreatif ini setara dengan cerdik. Sekadar bisa pun, kita bisa kalah, kita harus cepat,” kata dosen kelahiran Kerinci ini.
Semangatnya menyala ketika menjabarkan pentingnya kreativitas dalam berkarya. Lebih dalam ia menjelaskan, cerdik itu mampu menciptakan sesuatu yang baru atau mengubah menjadi sesuatu yang unik dan berguna. Dengan begitu, nilai gunanya akan meningkat.
“Bayangkan saja, toko-toko di pasar itu banyak yang tutup. Karena apa? Marketplace mengirimkan barang langsung ke Jambi, ke rumah-rumah. Jika kita tidak berinovasi, kita tertinggal. Bahkan tergilas,” ujarnya.
Sosok kelahiran 30 Maret 1965 ini memang tak pernah termakan usia. Jiwanya selalu terlihat muda meski usia yang sudah menginjak kepala lima. Tanpa lelah, ia terus memberikan semangat kepada generasi muda. Bahkan di sudut rumah, ia memberi ruang kepada anak muda lulusan SMK untuk membantunya menciptakan mesin-mesin karya ciptaannya. Mereka secara langsung menyerap dan mengaplikasikan inovasi.
Kamis sore, 3 Juni 2021, awan terlihat sedikit mendung bersahaja. Di sela obrolan, ia meminta sedikit waktu untuk menunjukkan sesuatu. “Sebentar, saya akan perlihatkan sesuatu,” tuturnya sembari melangkahkan kaki ke dalam rumah.
Tak lama kemudian, ia membawa dua cangkir kopi. Aromanya begitu memikat. Hanya dengan menghirup wanginya, kita sudah bisa membayangkan rasanya betapa nikmat.
“Ini Kopi Jeruk inovasi saya. Kopi liberika Tungkal dipadukan dengan jeruk Gerga Kerinci. Ini dua potensi daerah yang harus dimanfaatkan dengan baik,” ujar Dede Martino.
Menurut Dede Martino, sekecil apa pun potensi, harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Benda tak bernilai pun jika melalui proses kreasi dan inovasi akan menjadi sangat berharga. Indonesia sangat kaya, begitu pun Jambi. Potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam Provinsi Jambi sangat besar. Untuk mengelolanya, semua pihak harus berperan dan bersinergi. Semua pihak tidak boleh jalan sendiri-sendiri.
Dosen yang lebih dikenal sebagai teknopreneur ini juga memampangkan produk yang sudah dikemas dengan label ‘TeknoMartino’. Jeruk Garga mampu bertahan selama setahun setelah melalui pengeringan dengan teknologi mesin sanggai. Begitu pun ada teh terung pirus, teh jambu biji, teh daun mint serta kopi jeruk garga.
“Ini semua bisa jadi pabrik. Teh terung pirus, teh daun mint, kopi jeruk, semua ini masing-masing bisa dibuat satu pabrik. Bayangkan berapa banyak tenaga kerja yang bisa terserap? Melalui kemampuan kreatif disokong dengan kemampuan entrepreneurship, maka potensi itu bisa maksimal,” ucapnya.

Sinergi Dua Arah
Perubahan dunia begitu cepat. Butuh langkah tepat dan konsisten. Menjadi yang pertama dan berbeda adalah kunci untuk dapat bersaing maju.
“Pengelolaan potensi tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Orang kreatif bergerak sendiri, pemerintah bergerak sendiri. Semua harus bersinergi,” katanya.
Teknopreneur yang sudah menjadi dosen Universitas Jambi sejak 1990 ini menyebut, pemerintah harus menjalankan peran. Orang-orang kreatif harus dikumpulkan dan dirangkul. Mereka ini adalah mesin penggerak pembangunan.
Ia menyesalkan proses demokrasi yang begitu panjang di Provinsi Jambi. “Satu tahun itu waktu yang panjang, jika dimanfaatkan sudah banyak yang bisa kita bangun. Siapa pun pemimpinnya, kita harus cepat,” katanya.
Selain membuat kebijakan, peraturan dan penyediaan finansial pembangunan, pemerintah juga harus melindungi hak kekayaan intelektual. Bagaimana pemerintah bisa menjadi penengah di antara semua pihak.
“Seperti kasus ojek konvensional dan ojek online. Tidak ada peraturan membuat perubahan kreatif dalam industri ini menjadi konflik. Maka diperlukan pula inovasi dalam kebijakan,” ujarnya.
Dede Martino menekankan pentingnya kolaborasi lintas pihak. Jika orang kreatif disokong dengan dukungan finansial, dukungan kebijakan, dan kemudahan membangun industri. Maka mereka akan berperan aktif dalam roda pembangunan perekonomian Jambi.

Pabrik Mini TeknoMartino
Begitu masuk ke pekarangan rumahnya, terpampang jelas pemandangan indah tanaman hijau tertata rapi. Beragam jenis tanaman menghiasi. Pot-pot daun mint berjejer rapi. Bahkan tanaman lada yang biasanya tinggi menjuntai pun disulapnya menjadi siap berbuah dengan ukuran lebih kecil.
“Tanaman lada biasanya panen setahun sekali. Bagaimana caranya kita berinovasi, tanaman ini bisa tumbuh dan berbuah lebih cepat, kalau bisa hanya dalam hitungan bulan,” katanya sembari menunjukkan tanaman lada di pekarangan rumah.
Riset tentang lada tersebut menjadi bahan untuk disertasi program doktor di Universitas Jambi. Ia mengatakan, sesungguhnya tak ingin melanjutkan pendidikan. Namun tuntutan mengajar dan kampus tempatnya mengajar membuka program S3, Ia pun menjadi murid pertama program doktoral di Universitas Jambi.
Di sudut kiri rumahnya, ada satu ruang terbuka. Tempat itu dimanfaatkan sebagai pabrik mini. Ia dibantu beberapa pemuda lulusan sekolah menengah kejuruan menciptakan beragam teknologi baru.
Terbaru, ia sedang membangun mesin pengolah sampah bertenaga matahari. Sembari juga memperbanyak mesin sanggaiuntuk produksi beragam jenis teh dan kopi hasil kreasinya. Dengan mesin pengering itu, hasil pertanian apa pun bisa berusia lama tanpa bahan pengawet kimia.
“Dana saya terbatas, sehingga hanya bisa menyerap beberapa pekerja. Jika setiap lini kreatif ini bisa menjadi pabrik, berapa banyak pabrik dan tenaga kerja yang terserap,” ucapnya.
Menjelang akhir pertemuan sore itu, Dede Martino mengungkapkan betapa pentingnya transfer ilmu dan penerapannya. Kreativitas itu bisa dicetak melalui latihan. Siapa pun bisa jika berusaha. Sebuah kutipan penting, ia ucapkan untuk memacu generasi muda berkreasi dan berinovasi.
“Ilmu tanpa diamalkan seperti pohon tanpa buah. Maka teruslah mencari ilmu, menerapkan, dan menyalurkannya,” kata Dede Martino mengakhiri perbincangan.
Reporter: Febri Firsandi