DETAIL.ID, Jambi – Hari buku sedunia yang jatuh pada hari ini, 23 April, bermula dari peringatan hari kematian penulis. Tentu saja, ini bukan berarti kita diajak merayakan atas kematiannya tetapi kita harus menjaga karya mereka tetap hidup.
Leo Tolstoy pernah berkata, “Semua orang berpikir untuk mengubah dunia, namun tidak ada orang yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri.” Kemampuan, wawasan, serta pengetahuan diri sendiri tak akan berubah tanpa asupan. Membaca ibarat gizi yang kita butuhkan untuk pembentukan dan regenerasi sel-sel dalam tubuh.
Pegiat literasi Jambi, Berlian Santosa memberikan pesan-pesannya kepada generasi muda. Penulis buku ‘Chan-pi, Hikayat Cinta Negeri melayu‘ ini menebarkan pesan positifnya bertepatan dengan peringatan hari buku dunia.
Berlian Santosa yang akrab pula disapa kak Iyan ini pun menyatakan bahwa membaca itu sangat penting sekali. Dengan literasi membuka cakrawala pengetahuan, berfikir nanti bagaimana menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi dan sebagainya.
“Tantangan literasi memang cukup berat sekali di era digital. Minat membaca lebih ke arah sosial media serta yang lebih praktis dan singkat. Dengan semakin canggihnya, orang semakin ingin instan. Bahkan menulis pun orang lebih lebih ingin instan, lebih banyak gambar, video, tulisannya sedikit, mungkin manusia sudah berubah,” ungkap Berlian Santosa kepada detail.id ketika dihubungi.
Ia melanjutkan, Indonesia terjebak dengan kesan ‘megalomania’, terbesar, tertinggi, tertua tapi nyaris hampa. Kalau hanya bangunan, semua bisa bangun. Masalah kedua, ketiga nomor dunia itu sah-sah saja, tapi kalau tidak dibangun etos atau disiplin atau passion dari literasi, minat baca, minat tulis dan sebagainya wajar kita di undakan nomor 60 dan bersemayam lama. Hal ini ia ungkapkan menanggapi pertanyaan detail.id terkait paradoks minat baca Indonesia dan perpustakaan terbanyak kedua di dunia.
“Ini bukan soal pembangunan fisik saja, tapi juga bagaimana membangun manusianya. Dimulai dari diri sendiri selain itu pemerintah juga harus suka baca. Presiden membaca, Gubernur membaca, Profesor membaca, selain menulis ya pastinya. Tidak saja berkoar dengan program pemerintahan yang wow, tapi mereka sendiri bukan manusia pembaca. Krisis ini membutuhkan role model, harus dicontohkan,” ujarnya dengan semangat.
Kita harus kreatif dalam memperkenalkan dunia literasi, membuatnya menjadi dunia yang menyenangkan. Membacakan dongeng untuk anak-anak sedari dini, bisa bacakan dongeng, kalau muslim misalnya kisah-kisah islami, tokoh-tokoh dunia, kisah mitivasi dan sebagainya.
Di akhir pesan suaranya, Berlian santosa memberikan semangat positif. Ia mengajak untuk mekisamulai dari diri sendiri, harus suka baca. Yang suka baca menjadi gila baca. Walaupun miskin, jika membaca akan menjadi cerdas berpengetahuan dan berpeluang menjadi orang-orang kreatif dan besar di kemudian hari.
“Membacalah. Membaca teks, membaca konteks, membaca alam, membaca dunia maka kita akan menggenggam dunia. Terakhir, tinggalkan legacy, tinggalkan warisan berupa tulisan. Tulisan bisa lahir dari banyaknya membaca, gila membaca. Walaupun kita sudah tidak ada di dunia ini tapi karya kita abadi” pungkasnya.