DETAIL.ID, Jakarta – Unilever bakal uji coba penerapan empat hari kerja dalam seminggu di Selandia Baru. Rencananya, uji coba dilakukan selama setahun mulai bulan ini hingga Desember 2021.
“Kami berharap hasil uji coba akan menjadikan Unilever sebagai perusahaan global pertama yang menganut cara bekerja yang menguntungkan bagi pekerja dan bisnis,” ujar Direktur Pelaksana Unilever Selandia Baru Nick Bangs dalam pernyataan yang dikutip dari CNN, Selasa 1 Desember 2020.
Dalam skema itu, seluruh karyawan yang berjumlah 81 orang dapat memilih empat hari dalam seminggu sebagai hari kerjanya. Meski jam kerja berkurang 20 persen, perusahaan tidak akan memangkas gaji.
Selama uji coba, perusahaan bekerja sama dengan peneliti Sekolah Bisnis Universitas Teknologi (UTS) Sydney untuk mengukur kinerja skema tersebut.
Apabila uji coba berjalan dengan baik, perusahaan akan mempertimbangkan untuk melakukan penyesuaian kerja dalam skala yang lebih besar.
Perubahan sistem kerja juga tak lepas dari pandemi virus corona. Wabah itu berperan sebagai katalis bagi perusahaan untuk mengubah praktik kerja standar.
[jnews_element_newsticker newsticker_title=”baca juga” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” autoplay_delay=”2500″ newsticker_animation=”vertical” number_post=”10″]
Sistem empat hari kerja dalam seminggu sendiri bukan praktik baru di Selandia Baru. Sebelumnya, perusahaan lokal Perpetual Guardian sempat melakukan uji coba sistem tersebut selama dua bulan sebelum akhirnya menjadikan permanen. Uji coba tersebut menginspirasi Unilever.
“Cara kerja yang lama sudah ketinggalan zaman,” ujar Bangs.
Pada Mei lalu, Perdana Menteri Jacinda Arden mengungkapkan perubahan jam kerja yang lebih fleksibel dapat menjadi salah satu solusi untuk membantu pemulihan ekonomi dari pandemi virus corona.
Hal itu Arden sampaikan dalam diskusi terkait upaya membangkitkan pariwisata domestik Selandia Baru. Menurut dia, perubahan itu dapat memberikan kesempatan bagi warga lokal untuk mengatur perjalanan pariwisata domestik secara fleksibel.
Kebijakan serupa juga telah diterapkan sejumlah perusahaan global bahkan sebelum pandemi. Pasalnya, pemangkasan hari kerja dinilai dapat meningkatkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan seseorang.
Salah satunya, Microsoft Jepang yang memangkas hari kerja dalam seminggu dengan menutup kantor setiap Jumat pada Agustus 2019 lalu. Hasilnya, penjualan perusahaan meningkat 40 persen.