DETAIL.ID, Jakarta – Kehalalan vaksin COVID-19 bukan hanya jadi topik di RI tapi juga di Malaysia. Namun, pernyataan mengejutkan justru datang dari pejabat negeri dengan mayoritas Muslim itu.
Dilansir dari Strait Times, Kementerian Kesehatan Malaysia, Noor Hisham Abdullah menyebut vaksin tidak harus menunggu cap ‘halal’ untuk bias diberikan ke warga Negeri Jiran.
Kehalalan sensitif dan penting bagi umat Muslim merujuk pada kandungan suatu benda bebas dari zat-zat yang dilarang ajaran Islam.
[jnews_element_newsticker newsticker_title=”Baca Juga ” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” number_post=”7″ post_offset=”1″]
“Jika mereka bias mendapatkan sertifikasi halal itu lebih baik, tapi kami tidak mendaftarkan obat berdasarkan status halal atau tidak,” katanya, Kamis 10 Desember 2020.
“Kami juga mendaftarkan obat non halal.”
Sebelumnya, Komite Muzakarah Khusus Dewan Nasional Urusan Islam Malaysia bertemu pada 3 Desember, apakah vaksin dapat diberikan ke Muslim.
Menteri Agama Malaysia Zulkifli Mohamad Al-Bakri mengatakan keputusan akan diumumkan langsung oleh Raja.
Malaysia dikabarkan mendapatkan vaksin China untuk membendung penyebaran penyakit Covid-19 di negeri itu. Ini menimbulkan pertanyaan bagi umat Muslim soal status kehalalannya.
“Kalaupun ada bahan yang tidak boleh, proses transformasi kimiawi akan membuatnya bersih dan halal,” kata salah satu ulama Malaysia, Mohd Asri Zainul Abidin.
Selain vaksin China, Malaysia menandatangani kesepakatan dengan Pfizer. Perusahaan itu akan memasok 12,8 juta dosis vaksin Covid-19 untuk 20% populasi.
[jnews_element_newsticker newsticker_title=”Baca Juga ” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” number_post=”7″ post_offset=”1″]
Malaysia juga menandatangani perjanjian dengan Covax, untuk mendapatkan vaksin bagi 10% populasinya. Perusahaan farmasi Malaysia, Pharmaniaga akan membangun fasilitas vaksin halal pertama di dunia tahun 2022.