DETAIL.ID, Jambi – Odading adalah makanan populer berupa roti goreng. Makanan ini viral berkat tersebarnya video yang dibuat Ade Londok yang sedikit ‘nyeleneh’.
Alhasil, nama odading populer, terlebih lagi odading mang Oleh (sholeh) yang ikut kecipratan viralnya.
Namun kali ini bukan Odading mang Oleh yang akan dibahas. Tetapi berikut adalah kisah ringkas kebangkitan sebuah korporasi dari kebangkrutan yang dialami.
Setelah bertahun-tahun mengalami krisis keuangan dan hutang semakin menumpuk, akhirnya memuncak ketika pandemi global ini bergulir.
[jnews_element_newsticker newsticker_title=”baca juga” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” autoplay_delay=”3000″ include_category=”5″]
Bisnis terpaksa gulung tikar. Mereka harus menyuntik mati mega-bisnis bidang penerbangan ini. Tak ayal, Thai Airways, perusahaan maskapai asal Thailand pun harus berpikir keras karenanya.
Pengadilan kepailitan sentral wilayah Thailand telah menetapkan keputusan. Pada bulan Juni lalu, Thai Airways ditetapkan bangkrut dengan total kewajiban hutang sebesar 332,2 Miliar Baht atau sekitar 157 Triliun Rupiah. Pengadilan memberikan persetujuan untuk restrukturisasi utang.
Kebangkrutan bukanlah akhir segalanya. Pihak Thai airways pun berupaya ‘banting stir’. Mereka mencoba peruntungan beralih ke bisnis makanan.
Dengan mengusung konsep makanan pinggir jalan, mereka berjualan ‘odading’. Roti goreng mirip odading ini di Thailand mahsyur dengan nama “pa tong-go“. Mereka tetap menggunakan logo yang sama, namun mengubah nama menjadi “Thai Catering”.
Patong-go buatan Thai Catering ini dijual dengan harga Rp. 23ribu per box. Dengan tambahan saus berwarna ungu aroma pandan alami, roti goreng ini mampu menggugah selera. Kedai mereka pun ramai diserbu pembeli.
Sejauh ini, menurut Bangkok Post, dari penjualan patong-go diklaim mampu menghasilkan 4,7 Milyar Rupiah dalam sebulan.
Hal ini pun dimanfaatkan dengan baik. Tak ingin menyiakan kesempatan, Thai Catering berupaya menganak-pinakan usahanya melalui waralaba. Alhasil sejauh ini sudah ada 5 cabang resmi yang lahir.
Dengan memanfaatkan nama besar mereka ditambah dengan kepopuleran produk yang mereka tawarkan, Thai Airways menolak untuk menyerah. Mereka berusaha bangkit dan mulai tumbuh kembali. Tunas baru mereka masih ada, meski batang utama telah tumbang dan membusuk.
Sebuah pelajaran berharga yang mesti kita petik. Bahwa siapapun bisa jatuh kapanpun. Namun yang paling penting adalah menjadi tangguh dengan bangkit dan berdiri kembali.